Suhu politik jelang pilkada kota Dumai 2020 sudah mulai terasa makin bergairah. Pembukaan pencalonan dari berbagai partai politik diserbu banyak bakal calon yang ingin ikut bertanding pada pilkada kali ini.
Sebagaimana sebuah perhelatan politik pada umumnya, pilkada kota Dumai juga diwarnai berbagai Isu yang tentu menjadi buah bibir dan tema perbincangan baik di medsos maupun kedai kopi.
Menyangkut isu-isu politik jelang pilkada kota Dumai, Denny Febriansyah, M.litt pemerhati politik pakar literasi jebolan Aberdiin Universiti Scotland Inggris, mengatakan bahwa politik etnis sepertinya sudah agak basi untuk kita bahas dalam pilwako Dumai kali ini
Pemilih kota Dumai yang heterogen ini sudah agak bergeser, dari alasan etnis kepada alasan yang lebih rasional. Ini menandakan bahwa masyarakat kita sudah mulai maju dan berfikir modern. Fenomena itu dapat kita lihat dari pileg yang lalu dimana representasi etnis tidak dominan menjadi sebab seseorang didukung menjadi anggota legislatif.
Saya menilai isu etnis (suku) lebih kepada jualan para bakal calon dalam mendefenisikan modal politik. Sementara untuk riel politiknya masyarakat kota Dumai sangat cair dengan berbagai rasionalitas sesuai lefel dan preferensi mereka masing-masing, tegas Deny.
Deny juga menambahkan bahwa Kelompok milenial misalnya, mereka lebih cendrung menilai bacalon dari kempuanya menyentuh aspek-aspek kekinian sehingga medsos menjadi takaran utama bagi mereka, namun hal itu tidak berlaku kepada kalangan oldest yang lebih konservatif dalam pilihannya.
Admn
Posting Komentar
0Komentar