Dumai yang lahir dari percikan kemashuran Selatan Melaka, yang diawali oleh Peradaban Rupat sebagaimana catatan Tome Pires dalam Summa Oriental pada tahun 1515. Juga diperkuat oleh kemasyhuran Kelaksemanaan Bukit Batu. Merupakan kilasan sejarah yang sudah cukup fundamental untuk menetapkan jatidirinya, serta dalam mendefenisika n bahwa "Dumai Bertuan" dan kokoh dalam pondasi pradaban itu.
Tidak ada satu bangsa pun yang ingin terlihat konyol dan hanya dijadikan ladang perburuan. Semua memekikan semangat tentang mereka, lihatlah kurdistan yang tetap semangat mengupayakan penyatuan meskipun kampung halaman mereka diracik-racik terkoyak menjadi irak, iran dan sebagiannya lagi di Turki pasca perang Dunia Pertama. Dumai tidak demikian, semangat Otonomi di era reformasi 23 tahun silam malah telah memberikannya ruh untuk menjadi entitas yang mandiri, terpisah dari Kabupaten Bengkalis dan setara dengan 12 Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Riau.
Sebagai Kota kedua di Provinsi Riau, Dumai tentu sangat berpeluang menjadi model peradaban Kota di Riau dan di Indonesia melihat posisinya yang strategis dilihat dari perspektif manapun. Namun sayangnya meskipun sudah silih berganti pemimpin, Kota ini masih jauh dari harapan itu. Tertatih-tatih karena energi pembangunannya terkuras oleh berbegai kepentingan prakmatis serta perseteruan dalam penguasaan tanpa tujuan.
Pradaban pasar senggol, pulau payung, pasar bundaran, pasar JM dan pasar-pasar lainnya sudah cukup untuk mendefenisika kita sedang berada pada pase pradaban yang mana. Belum lagi ketika menilik pemukiman masyarakat, jalan, jembatan dan drainase serta fasilitas publik laiinnya. Ketersediaan air bersih, peluang berusaha dan bekerja, semua menyebabkan kita tertunduk tak berdaya. Belum lagi pelayanan kesehatan yang selalu buat geleng-geleng kepala. Lantas kita sedang merintis apa, mungkinkah sedang menghimpun begitu besar dana mengikuti kerjaan Islam Moghal di India pada tahun 1628 mendirikan Tajmahal yang akhirnya kini beralih menjadi kebanggaan pemeluk Hindu di India.
Saatnya kita harus segera tersadar dari ganasnya perburuan yang tidak berkesudahan. Jika tidak sekarang maka ianya hanya akan tinggal cerita serta mimpi bahwa disini terhampar sebuah negeri yang bermartabat dan disegani.