SAHABATRIAU, Perubahan sosial selalu dimulai dari hadirnya gagasan. Sebuah gagasan pula terlahir dari letupan pemikiran. Fenomena, fakta, isu atau wacana menjadi bahan pembentukan gagasan itu.
Pembahasan kedai kopi tidak seperi di bangku kuliah atau ruang meeting. Narasinya pun kadang-kadang tidak tersusun dengan sempurna, namun menariknya diskusi yang penuh keriuhan itu dapat berjalan lama dan para partisipannya santai dan tidak mudah tertekan, tidak sebagaimana biasanya pada forum-forum diskusi formal yang melelahkan dan partisipannya suka tidak tenang.
Analisis seadanya dan disimpulkan seperlunya, tapi hati-hati, opini publik ada disana. Bukan diatas metode dan analisis ilmiah yang disiplin dan terukur. Bahkan, bukan hanya sebatas menyimpulkan, opini kedai kopi menjalar melalui media sosial. Iyanya bahkan menjadi pandangan umum yang mengilhami, menyemangati dan teragisnya bisa jadi menghukumi.
Kedai kopi itu sederhana, dan pada kesederhanaan itulah filosofinya. Gagasan yang dilontarkan dengan kerenyahan bahkan melalui candaan. Lontaran gagasan melalui retorika akademik menjadi anomali di kedai kopi, sehingga sehebat apapun gagasan dan setajam apapun analisisnya kalah oleh goyonan kedai kopi yang renyah meskipun ada misi yang diselipka disebaliknya.
Ditulis oleh : H. M. Rizal Akbar